Sabtu, 08 Januari 2022

Resolusi 2022

Bismillah..

Ketika muncul pertanyaan apa resolusimu di tahun 2022, jujur aku masih belum ada gambaran. Jika pertanyaan ini ada di saat sekolah atau kuliah misalnya, jelas aku punya sederet jawaban. Rangkaian cita - cita dan mimpi yang aku bangun dari kecil, sudah mulai terlihat sekarang. Rasanya, aku yang sekarang sudah sangat bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan selama aku hidup di dunia ini.

Duniaku yang sekarang bukan lagi tentang diriku sendiri, mimpiku kini adalah menjadi ibu dan istri yang baik. Memiliki dua putri sangat besar tanggung jawabnya, aku ingin memastikan semuanya tepat untuk mereka. Mulai dari jalan menuju pernikahan, aku percaya bahwa hal ini menjadi bagian penting untuk mendidik mereka nanti. Kelak saat mereka bertanya bagaimana aku menjemput jodoh, aku bisa memberikan jawaban terbaikku.

Menjadi ibu yang bahagia sangat penting untuk tumbuh kembang emosional anak. Dengan sederet rutinitas tiap hari yang harus kujalani, tak bisa terelakkan nada – nada beroktaf tinggi kerap keluar dari lisanku. Jika tidak dicari solusinya, hal ini sangat berbahaya. Aku tidak ingin anak – anak hanya mengingat memori atau kenangan yang buruk bersama orang tuanya. Maka, kupilih jalan keluar berdamai dengan diriku sendiri terlebih dahulu agar bisa menjadi seorang ibu yang bahagia.

Aku menjalani hobi yang sudah lama kupunya, yaitu berolahraga. Banyak artikel yang menyebutkan bahwa olahraga dapat membuat perasaan menjadi jauh lebih baik. Efek samping lainnya adalah kesehatan juga akan ikut terjaga. Kusempatkan waktu di sela-sela bekerja untuk bermain tenis meja dan bulutangkis sekaligus menjalin siaturahmi dengan rekan sejawat. Hal ini kulakukan dengan tetap memastikan urusan domestik dan pekerjaan sebagai pendidik berjalan dengan lancar.

to be continue…..

#bundaproduktif 

#antologibunda1011 

#komunitasbunda1011


Surabaya, 8 Januari 2022

 

-HY-


Senin, 06 Desember 2021

Kisah Hijrahku

Terima kasih untuk semua orang yang sudah datang dan pergi dalam hidupku. 

    Bermula dari SMP. Sebenarnya aku murid yang biasa-biasa saja, jauh dari kata solihah. Ibadah yang wajib-wajib sebisa mungkin selalu aku usahakan untuk dikerjakan, tetapi saat itu aku belum berhijab. Aku bukan termasuk siswa yang bermasalah di sekolah, tetapi beberapa kenakalan remaja pernah menjadi pengalaman. Allah yang menutupi semua aibku hingga saat ini.

    Singkat cerita, aku pernah berjerawat waktu SMP, menurutku itu lumayan parah. Ada beberapa jerawat yang besar-besar dan sangat sakit muncul di wajah. Mungkin itu campuran dari berbagai macam faktor. Anak remaja yang belum tahu cara merawat kulit muka yang benar ditambah hormon wanita yang memang berubah drastis saat mengalami pubertas. 

    Aku malu dengan jerawat-jerawat ini, saat bertemu dengan orang-orang sering aku tutupi atau aku menunduk, tidak mau terlihat wajahnya. Pernah suatu siang saat di rumah aku berpikir. Kalau di dunia saja aku malu dengan jerawat, bagaimana nanti di akhirat aku harus menghadap Allah jika membawa banyak dosa. Akhirnya sore itu juga, aku izin ke mama untuk membeli beberapa kerudung dan baju ke pasar sepulang dari les Primagama. Ditemani beberapa teman dekat yang senang aku berkerudung, aku membeli baju seragam sekolah yang panjang. Sejak saat itu, aku ingin belajar dan mengenal Islam lebih dalam. Mulai mencari buku-buku dan majalah Islam di toko buku di pasar. Kemudian aku juga terpilih menjadi ketua Rohis di SMP, membuatku sering sekali mengikuti kajian Islam di sekolah. 

    Tamat dari SMP, aku melanjutkan pendidikan ke SMK di Jakarta. Aku diterima di sekolah tersebut berdua dengan sahabatku saat SMP, Ilmi namanya. Sepertinya, dia saksi hidupku selama berproses hijrah ini. Mulai dari aku yang berperilaku seperti anak kecil yang "sok tau" saat mulai belajar agama. Aku yang keras hanya meyakini kebenaran yang aku pelajari tanpa memiliki rasa toleransi yang cukup. Aku yang terkesan sangat memilih2 teman bergaul atau bahkan pernah disebut-sebut golongan eksklusif. Semua itu pernah terjadi, dan rasa-rasanya Ilmi melihat dan merekam semuanya dengan jelas. Maaf ya mi atas semua tingkah laku yang sering menyakiti, Terima kasih sudah memilih untuk bertahan dan tidak pergi, sampai saat ini :') 

    Sampai suatu saat, aku yang haus belajar agama, dipertemukan dengan teman-teman Rohis. Ada Ilmi, Feby, Alfi, Nadia, Dian, Dewi, Herlin, Thea, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kami berproses bersama selama kurang lebih 3 tahun bersekolah di SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta. Dibimbing oleh seorang kakak senior yang saat itu sedang berkuliah di UI, kami sama-sama belajar lagi tentang agama Islam. Di situ aku mulai mengenal lebih banyak tentang toleransi dan persaudaraan. Aku sangat menyayangi teman-teman dekatku sehingga aku juga ingin bersama-sama mereka lagi jika kelak Allah mengizinkan kami ke Surga-Nya. 

    Pelan-pelan aku mempraktikkan apa yang sudah aku pelajari dari Kak Tika (saat ini Beliau juga berprofesi sebagai dosen). Aku menemukan pandangan-pandangan dan cara berpikir yang sangat dewasa dari Beliau. Tidak jarang aku juga konsultasi dan selalu bertanya hal-hal yang mengganggu pikiranku. Tanpa sadar, mungkin aku sudah mengidolakannya. Hingga saat sudah lanjut kuliah ke Surabaya, aku juga masih sering bertanya lewat email kepadanya. Terima kasih kak, sudah sangat dengan sabar meladeni semua pertanyaan-pertanyaan anehku. Semoga Allah selalu melindungimu, menjagamu, dan membalas semua kebaikan-kebaikanmu. Aamiin. 

    Banyak sebenarnya yang ingin aku tulis tentang teman-temanku di kos dan juga Rohis sewaktu SMK. Kali ini, aku tulis tentang Feby dulu ya, Mby kami memanggilnya. Aku, Ilmi dan Mby, satu kelas terus selama 3 tahun. Mby seorang yang ceria dan ramah, 180 derajat berbeda denganku saat itu. Sehingga temannya banyaaak, rasanya semua ingin berteman dengan Mby. Baik laki-laki maupun perempuan, yang sekelas ataupun di luar kelas, dia pandai sekali bergaul. Kami menjadi dekat saat ternyata kami sama-sama memilih kegiatan ekskul Rohis. Pernah juga berkegiatan di luar kota bersama, tidak jarang juga kami berada di satu kepanitiaan acara yang sama. 

    Aku juga kenal dengan semua keluarganya, Papa, mama, dan adik-adiknya. Bahkan aku dan Ilmi juga pernah mengungsi di Depok saat lingkungan kos dan sekolah kami terkena musibah banjir Jakarta. Kami menginap dan menumpang makan di sana. Aku bersaksi bahwa Mby dan keluarganya adalah orang-orang yang baik. Tidak terhitung rasanya berapa kali dia memberikan hadiah-hadiah untukku, mama, adik dan juga putri-putri kecilku. Mamanya juga sangat baik dan ramah, mungkin sifat ini mengalir di DNA mereka :) 

    Terima kasih banyak yaa Mby, Ilmi. Sudah seriiiing sekali aku repoti dulu. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah, dan kebaikan-kebaikan terus mengalir dalam rumah tangga kalian. Mohon dimaafkan segala salah dan khilaf yang pernah kulakukan di masa lalu dan juga sekarang. Terima kasih untuk memilih tetap bertahan menjadi sahabatku, tolong cari aku kalau nanti belum melihatku di surga. Aku sayang kalian. 


Surabaya, 6 Desember 2021


-HY-

Sabtu, 27 November 2021

Belajar lebih berani !!!

             Kali ini aku ingin cerita tentang pengalamanku berkaitan dengan hewan. Aku dari kecil tidak suka hewan. Bahkan bisa dibilang penakut dalam urusan dengan hewan. Ini sejalan dengan kecerdasan naturalisku yang berada di posisi paling bawah dari 8 kecerdasan yang ada. Kalau ada pertanyaan hewan apa yang paling anda takuti? Mungkin aku kesulitan untuk menjawab, saking banyaknya. Tapi jika pertanyaannya dibalik, hewan apa yang tidak anda takuti? Dengan lantang aku akan menjawab NYAMUK!! Ya, rasanya cuma itu hewan yang berani aku handle. 

Kalau dilihat dari latar belakang keluarga, mama dan papa sangat menyukai hewan. Pernah saat kami tinggal di Kota Metro Lampung, rumah kami penuh dengan hewan peliharaan. Papa punya banyak burung dan ikan di dalam rumah. Mama punya banyak ayam di belakang rumah dan juga kambing yang dititipkan dengan orang yang membantu mengurus. Adikku Hesti punya Hamster yang saat pindah ke Palembang, mereka beranak pinak banyaaak sekali. Aku, sedikit pun tidak tertarik dengan hewan – hewan itu. Bahkan untuk  memberi makan pun aku enggan. Dua adikku ini dulu sering sekali menggoda, sekedar membawakan anak ayam dan  anak kucing. Mereka senang melihat reaksiku yang akan berputar – putar keliling rumah dan berlarian ke luar karena ketakutan.

Sekarang, menjadi seorang istri dan ibu dari 2 orang anak membuatku lebih terlatih agar mau berdamai dengan hewan. Pernah suatu ketika aku membeli racun serangga Hogasan. Aku coba semprotkan ke lubang pembuangan air di dekat dapur rumah. Ternyata kecoa yang banyak keluar dari sana. Suami sedang di kantor, aku di rumah hanya dengan balita. Apa jadinya kalau aku ikut ketakutan teriak – teriak bersama mereka. Kuambil sapu dan juga semprotan baygon. Tiap ada yang datang mendekat, langsung kusemprotkan, kemudian kusapu sampai ke luar rumah. AlhamduLillah happy ending. Kecoa-kecoa itu sudah bisa teratasi, aku dan anak-anak bisa tidur dengan nyenyak.

Di rumah kami juga ada hewan peliharaan, kura-kura dan ikan cupang. Kalau kura-kura memang aku yang ingin membelikan anak-anak untuk mengajarkan tanggung jawab kepada mereka. Nah ikan cupang ini tidak sengaja ada di rumah kami. Adik yang sedang duduk di bangku TK A bermain menangkap ikan di sekolahnya. Sebagai hadiah, dia boleh membawa 2 ikan untuk dibawa pulang. Ternyata ikan tersebut 1 pasang, sehingga bertelurlah ikan itu, dan ada 6 anak ikan yang berhasil menetas. Tentang hewan peliharaan ini lebih enak dibahas di satu tulisan sendiri. Intinya, I’m proud of myself, aku sudah berani menaklukkan bab Hewan ini dalam hidupku. Bahkan sekarang aku bisa merawat hewan peliharaan di rumah. Terima kasih putri-putri kecilku yang sudah mengajarkan keberanian lagi kepada umimu yang lemah ini, Alhamdulillah :)

#bundaproduktif 
#challengeantologi2 
#antologibunda1011 
#komunitasbunda101

Surabaya, 27 - 11 - 2021


-HY-


Kamis, 18 November 2021

Menulis Katarsis

     Hai Surabaya, cuaca pagi ini cukup cerah. Setelah beberapa hari kemarin suasana mendung terus, diseertai hujan yang awet. Semoga hari ini menyenangkan, kalaupun tidak, insya Allah aku siap menghadapinya. Beberapa hari yang lalu, aku mengenal istilah katarsis dari salah satu kuliah Whatsapp grup ibu-ibu yang aku ikuti. Mengutip dari tulisan di https://ruangmenulis.id/menulis-untuk-katarsis/:

"Katarsis bermakna pelepasan emosi yang menekan. Ketika seseorang berada dalam situasi emosi yang menekan, tentu merasakan ketidaknyamanan. Emosi ini memerlukan sarana pelepasan, agar dirinya bebas dari ketidaknyamanan tersebut."

Melepaskan emosi yang ada dalam diri kita bisa dengan cara yang bermacam-macam. Ada yang negatif, ada juga yang positif. Beruntunglah jika kita masih dilindungi Allah dengan akal pikiran yang baik sehingga tidak memilih jalan yang negatif untuk melepaskan emosi. Menulis katarsis ini tidak untuk dipublikasikan. Jika punya blog pribadi, bisa disimpan di dalam draft. Jika punya diary, bisa juga bercerita lewat tulisan dengan Dear diary :)

Sudah 7 hari berturut-turut aku mengikuti challenge menulis katarsis ini bersama kurang lebih 55 orang yang tergabung dalam 1 grup Whatsapp. Dalam waktu 10 menit, kami harus melaporkan berapa kata yang sudah ditulis. Ini bukan lomba banyak - banyak kata, hanya untuk membiasakan menulis katarsis, sekaligus pemanasan kalau sudah lama tidak menulis. Tertinggi aku pernah sampai 370an kata. Terendah pernah hanya dapat 119 kata karena hampir lupa menulis hari itu, sehingga masih ada sisa waktu namun tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Secara keseluruhan, menulis katarsis ini ternyata seru dan menyenangkan. Aku bisa lebih mengenal diri sendiri, lebih tau apa yang sedang dirasakan sehingga efeknya emosi menjadi lebih stabil. Tertarik mencoba? Semoga sukses!

#menuliskatarsis #challengeantologi2 #antologibunda1011

Surabaya, 18 - 11- 2021


-HY-

Selasa, 12 Oktober 2021

12 Oktober 2021, Teruntuk Sahabatku

    Mencoba membuat tulisan sebagai bentuk syukur karena Allah sudah mengirimkan 2 teman baru yang baik seperti kalian di kantor. Saat itu Februari, orang pertama yg dikirim, 1 departemen. Dia adalah teman satu angkatanku saat kuliah D4. Namun, padatnya jadwal kuliah dan beda jurusan membuat kami tidak cukup akrab saat itu. Kali ini, tulisan ini tentangnya.

      Satu angkatan waktu kuliah, satu organisasi di UKKI (kalau gak salah ingat) dan BEM. Satu tim juga di kepemanduan PENS, bareng-bareng juga sampai ke LKMM TM yang menurutku ini pelatihan terlama saat kuliah D4 dulu. Tapi aku lupa, kapan tepatnya pertama kali ketemu, kamu ingat gak mungkin bisa bantu? :D Sampai akhirnya wawancara CPNS mempertemukan kami lagi di PENS. Mungkin 9 tahun kemudian sejak Maba 2008. Saat itu, dia lolos, aku gagal tes CPNS tahap akhir.

      Singkat cerita, 2018 dia resmi menjadi bagian dari pengajar di IT Pens, satu departemen denganku. Senang rasanya memiliki rekan kerja yang 1 frekuensi. Terlepas dari persamaan atau perbedaan karakteristik, bertambahnya 1 orang baik di lingkungan kerja membuat suasana kerja jadi lebih baik, tambah semangat :)  

       Banyak hal positif yang bisa aku jadikan pelajaran darinya. Walaupun usianya lebih muda, tapi belajar bisa dari siapa saja kan ya? Bahkan dari anak - anak sekalipun. Setidaknya, inilah 5 hal positif darinya yang sempat kami bahas bersama:

  • Cerdas
  • Bijak
  • Punya banyak plan untuk suatu hal
  • Semangat belajar tinggi
  • Totalitas mengerjakan sesuatu. 
  • dan masih banyak hal baik lain darinya....
         Jujur, dulu saat pertama kali kerja, sambil kuliah juga, aku sendiri tidak ingat momen - momen apa saja yang terjadi di kantor. Karena tidak begitu banyak hal istimewa yang terjadi. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di kampus sebelah tempatku melanjutkan studi. Ke kantor saat itu, mungkin hanya saat jam mengajar. Kemudian disibukkan dengan hal - hal pribadi lainnya. Tapi, saat 2 orang temanku ini datang di tahun 2018, banyaaaaak sekali hal yang terjadi yang aku ingat. Salah satunya yang baru terjadi saat conference IES beberapa hari yang lalu. Mungkin bagi sebagian orang, IES kemarin hanyalah sekedar conference. Tapi bagiku, ini pengalaman pertama mengikutinya sebagai presenter. Kami berdua harus menggantikan presenter utama yang berhalangan hadir. Dia diberitau 1 hari sebelumnya, aku baru mendapatkan info di pagi hari jam 7:30 saat akan berangkat ke kampus 😭. AlhamduLillah semua bisa terlewati dengan baik. Momen ke luar kota juga menjadi memori indah yang masih tersimpan rapi. Saat ke Telaga Sarangan, Solo, dan workshop rubrik di Finna Golf Resort. Semoga pandemi ini cepat berlalu, bumi kembali sehat, kami juga bisa travelling lagi meskipun itu urusan pekerjaan 😀. Eh tapi di luar kerjaan juga udah di Acc suami, yok kita kemana, hahaha. 

Terakhir, Barakallah ya kawan. Semoga Allah selalu menjagamu, mengabulkan semua keinginanmu. Memberikan kebahagiaan dan kesehatan selalu. Cita - cita dan harapanmu untuk bisa membuat banyak orang bahagia bisa terus terwujud. Aamin.

Terima kasih sudah hadir kembali, menjadi bagian di circle kecilku, I am very grateful for this.


   Sincerely
-HY-

Selasa, 29 Desember 2020

Operasi Kedua Gigi Bungsu

❤Bismillah... ❤

    Dulu, di tahun 2011, aku pernah operasi gigi bungsu di Palembang. Ceritanya juga ada di blog ini. 9 tahun kemudian, tepatnya di Mei 2020, ada keluhan gigi bungsu lagi di tempat yang lain. Setelah 18 Mei lalu foto panoramik di Lab Pramita Mulyosari, ternyata semua gigi bungsuku miring. Kalau tidak ada keluhan, ya AlhamduLillaah, kalau ada, ya tahan aja, kalau mau dan memungkinkan bisa dicabut.

    Di tengah wabah covid yang masih melanda, aku mempunyai masalah di mulut. Sisa makanan sering sekali menyangkut, tapi bukan di gigi, melainkan di gusi. Nah kebayang gak kalau yang bolong bukan gigi, tapi gusi? Yang jelas ini rawan sekali mengundang bakteri dan kuman untuk mampir di mulut. Bismillah, saya niatkan periksa ke klinik dokter gigi dekat rumah untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut. Dan benar saja, ini ulah si gigi bungsu lagi. Tepatnya tangga 27 Mei konsul lagi sama dokter gigi dekat rumah sambil membawa hasil foto panoramik, ternyata di sana gak boleh tindakan bedah dulu untuk sementara waktu karena covid.

    Sebenarnya sejak tau hasil foto panoramiknya, aku dan suami sudah cari - cari informasi dokter gigi spesialis bedah mulut di Surabaya. Dan kebanyakan memang di rumah mereka tidak buka praktik pribadi karena pandemi ini. Ada satu dokter senior di Manyar yang tetap buka praktik malam, yaitu Prof. drg. Coen Pramono D. SU., Sp.BM (K). Jaraknya yang juga tidak terlalu jauh dari rumah membuat saya mengambil tindakan langsung saja reservasi untuk pemeriksaan sekaligus ingin operasi hari itu juga. Uang tunai juga sudah kami siapkan tetapi saya diminta untuk  minum antibiotik terlebih dahulu sebelum tindakan. Akhirnya,  3 Juni 2020 aku operasi gigi bungsu untuk yang kedua kalinya. 

    Yang membuat saya puas dengan pelayanan di sini, tempatnya bersih dan nyaman. Dokter dan asistennya terlihat sangat ahli sehingga menimbulkan rasa tenang kepada pasien. Entah karena memang teknologi yang sudah semakin maju, operasi ini berjalan singkat saja kurang dari 30 menit. Dan yang penting no drama. Gak ada tuh nangis - nangisan lagi nahan rasa sakitnya. Paling hanya sekedar rasa gak nyaman buka mulut yang lama dan saat benang jahit melintasi bibir agak terasa sakit. AlhamduLillah semuanya Allah mudahkan.

    Kelancaran operasi ini juga karena sosok asisten Sang dokter yang sangat piawai dan detail dalam memberikan penjelasan sebelum dan sesudah operasi. Aku kurang tahu apakah Beliau Perawat gigi atau memang dokter gigi juga. Beliau laki - laki. Setelah operasi, aku diberikan selembar kertas apa saja yang boleh dan apa saja yang tidak boleh. Lengkap sekali. Memang biaya di sini jauh sekali selisihnya jika dibandingkan 9 tahun yang lalu. Tahun 2011 saja untuk satu gigi bungsu yang dicabut papa harus mengeluarkan uang sekitar 1,5 juta rupiah. Di tahun 2020 dengan segala gejolak ekonomi yang ada, kami juga harus merogoh kocek agak dalam untuk biaya operasi cabut gigi bungsu atas sebelah kiri. AlhamduLillah ini semua ditanggung oleh asuransi kesehatan dari kantor suami. Biaya tersebut sangat sebanding dengan kenyamanan dan kesembuhan dari keluhan gigi bungsu ini.

                          Secarik kertas yang diberikan setelah tindakan selesai

       Jika selesai tindakan, semua hal - hal di gambar benar - benar diperhatikan, insya Allah proses penyembuhan akan berjalan cepat. Aku juga diminta untuk pakai sikat gigi dan pasta gigi anak untuk aktivitas gosok gigi. Roti, bubur instan, dan sereal untuk sarapan juga sudah siap di rumah untuk memudahkan aktivitas mengunyah. Setelah pemulihan dan perawatan mandiri di rumah, 1 minggu kemudian aku harus kembali untuk melepas jahitan sekaligus kontrol. Dan AlhamduLillah semuanya baik - baik saja. Kesan yang aku rasakan, semuanya di sini serba cepat dan profesional. Terima kasih banyak Pak Dokter dan semua tenaga medis yang sudah membantu.

    Dan terima kasih banyak untuk suamiku, yang selalu setia menemani mulai dari periksa di klinik dekat rumah, hingga saat operasinya. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat - lipat. Aamiin.

*tiba - tiba pengen ninggalin jejak tentang operasi gigi bungsu :)


Surabaya, 29 - 12 - 2020

-HY-

Kamis, 24 Desember 2020

Menggunakan Aplikasi Tambahan untuk Mengontrol Penggunaan Gadget pada Anak

    Menjadi orang tua tentu harus pintar. Pintar mengatur waktu, pintar menjaga kesehatan anak, dan harus pintar juga soal teknologi, tidak boleh ketinggalan dari anak kita. Kali ini, saya ingin sharing tentang aplikasi di smartphone yang menurut saya powerfull sekali buat kontrol gadget anak. Mungkin yang anaknya masih bayi belum terlalu butuh aplikasi ini tetapi tidak salahnya belajar dulu kan untuk persiapan ke depannya. Nah, jika orang tua sudah mempunyai anak – anak yang masuk usia sekolah silahkan dicoba. Pas sekali dengan situasi sekolah online seperti sekarang, semoga membantu ya moms.

     Mengapa gadget anak harus diawasi dan dikontrol orang tua?  Karena anak - anak belum bisa sekali dikasih tahu langsung paham, langsung menurut. Perlu pembiasaan juga menurut saya. Kemudian memang mereka pada dasarnya belum paham mana yang baik atau tidak buat mereka. Apalagi di era sekarang yang teknologinya sangat maju dibanding 10-20 tahun lalu. Rasanya kurang bijak juga ketika kita "mengurung" anak  sehingga dia tidak tahu sama sekali tentang teknologi. Mungkin ada benarnya petuah, "Kuasailah teknologi atau anda yg akan dikuasainya." Intinya, emak - emak jaman now harus update dan melek teknologi deh, jangan gaptek yaa.

     Saya punya pengalaman dulu waktu ikut arisan dasa wisma di RT, ada ibu - ibu yang bawa anak laki - lakinya, usia sekitar 4 tahun. Nah, biar si anak ini "anteng" dikasihlah HP oleh emaknya. Saya yang duduk di sebelahnya tidak perlu effort lebih untuk mengetahui si anak buka apa di HP itu. Ya, dia asyik main game. Emaknya ngerumpi cantik sama emak - emak lain, si anak anteng sekali di depan HP. Kemudian terjadi sedikit percakapan di antar kami:

Saya, "Mbak, anaknya pinter banget yaa sudah bisa maen game?

Emak, " Iya mbak Hen, dia itu lo install - install sendiri. Saya gak tau tiba-tiba udah banyak sekali game di HP"

Jadi rupanya tidak hanya piawai memainkan game di HP, si anak ini juga sudah ahli meng-install aplikasi – aplikasi yang ada di play store. Nah, kebayang kan moms betapa bahayanya jika si anak mengunduh aplikasi yang tidak sesuai dengan usianya.

Ada lagi rekan saya di kantor, ibu yang punya anak SD. Tiap malam ayahnya yang telaten hapus - hapus aplikasi yang tidak penting yg di-install anaknya secara sengaja. Sebagai bentuk pendampingan dan pengawasan mereka terhadap gadget anaknya. 

Nah, dari pengalaman itu, waktu saya memutuskan memberikan HP buat si kakak sekolah online, bertemulah dengan aplikasi Family Link dari Google. Awalnya, saya ingin mendaftarkan akun google anak utk HP androidnya, ternyata ada pilihan  link-kan akun itu sebagai anak kita lewat Family link ini. Jadi pada sistem google nantinya akan terlihat bahwa akun kita dan anak memiliki hubungan. Untuk dapat menngunakan aplikasi secara maksimal, di HP orang tua juga harus ter-install aplikasi Family Link tersebut.

Lalu apa saja fitur-fitur aplikasi ini? Berikut 5 manfaat dari penggunaan aplikasi Family Link:

  1. Bisa atur batas waktu (limit) setiap aplikasi di HP anak.
  2. Bisa menerapkan waktu maksimal anak membuka gadgetnya.  Ini penting sekali ya moms, jangan sampai anak kita kecanduan gadget. Dalam artikel pada website https://id.theasianparent.com/, ada beberapa pembahasan mengenai penggunaan gadget pada anak. Salah satunya kita bisa melihat beberapa tips penggunaan gadget pada anak di link ini https://id.theasianparent.com/gadget-pada-anak.
  3. Bisa mengetahui lokasi HP anak.
  4.  Ada fitur membunyikan suara HP seandainya anak lupa menaruh gadgetnya.
  5. Bisa menolak atau menyetujui aplikasi dari play store yang sengaja atau tidak sengaja anak klik install. Dari sini, kita sebagai orang tua tidak perlu memeriksa dan mengahapus satu per satu aplikasi yang kita anggap tidak perlu ada di HP anak.

Mungkin masih ada fitur lain yang belum saya pakai, tetapi dari ke-5 fitur tersebut sudah sangat membantu agar anak - anak tidak kebablasan dalam menggunakan gadgetnya.

Bagaimana moms? Tertarik untuk mencoba aplikasinya? Semoga bermanfaat ya.