Senin, 06 Desember 2021

Kisah Hijrahku

Terima kasih untuk semua orang yang sudah datang dan pergi dalam hidupku. 

    Bermula dari SMP. Sebenarnya aku murid yang biasa-biasa saja, jauh dari kata solihah. Ibadah yang wajib-wajib sebisa mungkin selalu aku usahakan untuk dikerjakan, tetapi saat itu aku belum berhijab. Aku bukan termasuk siswa yang bermasalah di sekolah, tetapi beberapa kenakalan remaja pernah menjadi pengalaman. Allah yang menutupi semua aibku hingga saat ini.

    Singkat cerita, aku pernah berjerawat waktu SMP, menurutku itu lumayan parah. Ada beberapa jerawat yang besar-besar dan sangat sakit muncul di wajah. Mungkin itu campuran dari berbagai macam faktor. Anak remaja yang belum tahu cara merawat kulit muka yang benar ditambah hormon wanita yang memang berubah drastis saat mengalami pubertas. 

    Aku malu dengan jerawat-jerawat ini, saat bertemu dengan orang-orang sering aku tutupi atau aku menunduk, tidak mau terlihat wajahnya. Pernah suatu siang saat di rumah aku berpikir. Kalau di dunia saja aku malu dengan jerawat, bagaimana nanti di akhirat aku harus menghadap Allah jika membawa banyak dosa. Akhirnya sore itu juga, aku izin ke mama untuk membeli beberapa kerudung dan baju ke pasar sepulang dari les Primagama. Ditemani beberapa teman dekat yang senang aku berkerudung, aku membeli baju seragam sekolah yang panjang. Sejak saat itu, aku ingin belajar dan mengenal Islam lebih dalam. Mulai mencari buku-buku dan majalah Islam di toko buku di pasar. Kemudian aku juga terpilih menjadi ketua Rohis di SMP, membuatku sering sekali mengikuti kajian Islam di sekolah. 

    Tamat dari SMP, aku melanjutkan pendidikan ke SMK di Jakarta. Aku diterima di sekolah tersebut berdua dengan sahabatku saat SMP, Ilmi namanya. Sepertinya, dia saksi hidupku selama berproses hijrah ini. Mulai dari aku yang berperilaku seperti anak kecil yang "sok tau" saat mulai belajar agama. Aku yang keras hanya meyakini kebenaran yang aku pelajari tanpa memiliki rasa toleransi yang cukup. Aku yang terkesan sangat memilih2 teman bergaul atau bahkan pernah disebut-sebut golongan eksklusif. Semua itu pernah terjadi, dan rasa-rasanya Ilmi melihat dan merekam semuanya dengan jelas. Maaf ya mi atas semua tingkah laku yang sering menyakiti, Terima kasih sudah memilih untuk bertahan dan tidak pergi, sampai saat ini :') 

    Sampai suatu saat, aku yang haus belajar agama, dipertemukan dengan teman-teman Rohis. Ada Ilmi, Feby, Alfi, Nadia, Dian, Dewi, Herlin, Thea, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kami berproses bersama selama kurang lebih 3 tahun bersekolah di SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta. Dibimbing oleh seorang kakak senior yang saat itu sedang berkuliah di UI, kami sama-sama belajar lagi tentang agama Islam. Di situ aku mulai mengenal lebih banyak tentang toleransi dan persaudaraan. Aku sangat menyayangi teman-teman dekatku sehingga aku juga ingin bersama-sama mereka lagi jika kelak Allah mengizinkan kami ke Surga-Nya. 

    Pelan-pelan aku mempraktikkan apa yang sudah aku pelajari dari Kak Tika (saat ini Beliau juga berprofesi sebagai dosen). Aku menemukan pandangan-pandangan dan cara berpikir yang sangat dewasa dari Beliau. Tidak jarang aku juga konsultasi dan selalu bertanya hal-hal yang mengganggu pikiranku. Tanpa sadar, mungkin aku sudah mengidolakannya. Hingga saat sudah lanjut kuliah ke Surabaya, aku juga masih sering bertanya lewat email kepadanya. Terima kasih kak, sudah sangat dengan sabar meladeni semua pertanyaan-pertanyaan anehku. Semoga Allah selalu melindungimu, menjagamu, dan membalas semua kebaikan-kebaikanmu. Aamiin. 

    Banyak sebenarnya yang ingin aku tulis tentang teman-temanku di kos dan juga Rohis sewaktu SMK. Kali ini, aku tulis tentang Feby dulu ya, Mby kami memanggilnya. Aku, Ilmi dan Mby, satu kelas terus selama 3 tahun. Mby seorang yang ceria dan ramah, 180 derajat berbeda denganku saat itu. Sehingga temannya banyaaak, rasanya semua ingin berteman dengan Mby. Baik laki-laki maupun perempuan, yang sekelas ataupun di luar kelas, dia pandai sekali bergaul. Kami menjadi dekat saat ternyata kami sama-sama memilih kegiatan ekskul Rohis. Pernah juga berkegiatan di luar kota bersama, tidak jarang juga kami berada di satu kepanitiaan acara yang sama. 

    Aku juga kenal dengan semua keluarganya, Papa, mama, dan adik-adiknya. Bahkan aku dan Ilmi juga pernah mengungsi di Depok saat lingkungan kos dan sekolah kami terkena musibah banjir Jakarta. Kami menginap dan menumpang makan di sana. Aku bersaksi bahwa Mby dan keluarganya adalah orang-orang yang baik. Tidak terhitung rasanya berapa kali dia memberikan hadiah-hadiah untukku, mama, adik dan juga putri-putri kecilku. Mamanya juga sangat baik dan ramah, mungkin sifat ini mengalir di DNA mereka :) 

    Terima kasih banyak yaa Mby, Ilmi. Sudah seriiiing sekali aku repoti dulu. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah, dan kebaikan-kebaikan terus mengalir dalam rumah tangga kalian. Mohon dimaafkan segala salah dan khilaf yang pernah kulakukan di masa lalu dan juga sekarang. Terima kasih untuk memilih tetap bertahan menjadi sahabatku, tolong cari aku kalau nanti belum melihatku di surga. Aku sayang kalian. 


Surabaya, 6 Desember 2021


-HY-

Sabtu, 27 November 2021

Belajar lebih berani !!!

             Kali ini aku ingin cerita tentang pengalamanku berkaitan dengan hewan. Aku dari kecil tidak suka hewan. Bahkan bisa dibilang penakut dalam urusan dengan hewan. Ini sejalan dengan kecerdasan naturalisku yang berada di posisi paling bawah dari 8 kecerdasan yang ada. Kalau ada pertanyaan hewan apa yang paling anda takuti? Mungkin aku kesulitan untuk menjawab, saking banyaknya. Tapi jika pertanyaannya dibalik, hewan apa yang tidak anda takuti? Dengan lantang aku akan menjawab NYAMUK!! Ya, rasanya cuma itu hewan yang berani aku handle. 

Kalau dilihat dari latar belakang keluarga, mama dan papa sangat menyukai hewan. Pernah saat kami tinggal di Kota Metro Lampung, rumah kami penuh dengan hewan peliharaan. Papa punya banyak burung dan ikan di dalam rumah. Mama punya banyak ayam di belakang rumah dan juga kambing yang dititipkan dengan orang yang membantu mengurus. Adikku Hesti punya Hamster yang saat pindah ke Palembang, mereka beranak pinak banyaaak sekali. Aku, sedikit pun tidak tertarik dengan hewan – hewan itu. Bahkan untuk  memberi makan pun aku enggan. Dua adikku ini dulu sering sekali menggoda, sekedar membawakan anak ayam dan  anak kucing. Mereka senang melihat reaksiku yang akan berputar – putar keliling rumah dan berlarian ke luar karena ketakutan.

Sekarang, menjadi seorang istri dan ibu dari 2 orang anak membuatku lebih terlatih agar mau berdamai dengan hewan. Pernah suatu ketika aku membeli racun serangga Hogasan. Aku coba semprotkan ke lubang pembuangan air di dekat dapur rumah. Ternyata kecoa yang banyak keluar dari sana. Suami sedang di kantor, aku di rumah hanya dengan balita. Apa jadinya kalau aku ikut ketakutan teriak – teriak bersama mereka. Kuambil sapu dan juga semprotan baygon. Tiap ada yang datang mendekat, langsung kusemprotkan, kemudian kusapu sampai ke luar rumah. AlhamduLillah happy ending. Kecoa-kecoa itu sudah bisa teratasi, aku dan anak-anak bisa tidur dengan nyenyak.

Di rumah kami juga ada hewan peliharaan, kura-kura dan ikan cupang. Kalau kura-kura memang aku yang ingin membelikan anak-anak untuk mengajarkan tanggung jawab kepada mereka. Nah ikan cupang ini tidak sengaja ada di rumah kami. Adik yang sedang duduk di bangku TK A bermain menangkap ikan di sekolahnya. Sebagai hadiah, dia boleh membawa 2 ikan untuk dibawa pulang. Ternyata ikan tersebut 1 pasang, sehingga bertelurlah ikan itu, dan ada 6 anak ikan yang berhasil menetas. Tentang hewan peliharaan ini lebih enak dibahas di satu tulisan sendiri. Intinya, I’m proud of myself, aku sudah berani menaklukkan bab Hewan ini dalam hidupku. Bahkan sekarang aku bisa merawat hewan peliharaan di rumah. Terima kasih putri-putri kecilku yang sudah mengajarkan keberanian lagi kepada umimu yang lemah ini, Alhamdulillah :)

#bundaproduktif 
#challengeantologi2 
#antologibunda1011 
#komunitasbunda101

Surabaya, 27 - 11 - 2021


-HY-


Kamis, 18 November 2021

Menulis Katarsis

     Hai Surabaya, cuaca pagi ini cukup cerah. Setelah beberapa hari kemarin suasana mendung terus, diseertai hujan yang awet. Semoga hari ini menyenangkan, kalaupun tidak, insya Allah aku siap menghadapinya. Beberapa hari yang lalu, aku mengenal istilah katarsis dari salah satu kuliah Whatsapp grup ibu-ibu yang aku ikuti. Mengutip dari tulisan di https://ruangmenulis.id/menulis-untuk-katarsis/:

"Katarsis bermakna pelepasan emosi yang menekan. Ketika seseorang berada dalam situasi emosi yang menekan, tentu merasakan ketidaknyamanan. Emosi ini memerlukan sarana pelepasan, agar dirinya bebas dari ketidaknyamanan tersebut."

Melepaskan emosi yang ada dalam diri kita bisa dengan cara yang bermacam-macam. Ada yang negatif, ada juga yang positif. Beruntunglah jika kita masih dilindungi Allah dengan akal pikiran yang baik sehingga tidak memilih jalan yang negatif untuk melepaskan emosi. Menulis katarsis ini tidak untuk dipublikasikan. Jika punya blog pribadi, bisa disimpan di dalam draft. Jika punya diary, bisa juga bercerita lewat tulisan dengan Dear diary :)

Sudah 7 hari berturut-turut aku mengikuti challenge menulis katarsis ini bersama kurang lebih 55 orang yang tergabung dalam 1 grup Whatsapp. Dalam waktu 10 menit, kami harus melaporkan berapa kata yang sudah ditulis. Ini bukan lomba banyak - banyak kata, hanya untuk membiasakan menulis katarsis, sekaligus pemanasan kalau sudah lama tidak menulis. Tertinggi aku pernah sampai 370an kata. Terendah pernah hanya dapat 119 kata karena hampir lupa menulis hari itu, sehingga masih ada sisa waktu namun tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Secara keseluruhan, menulis katarsis ini ternyata seru dan menyenangkan. Aku bisa lebih mengenal diri sendiri, lebih tau apa yang sedang dirasakan sehingga efeknya emosi menjadi lebih stabil. Tertarik mencoba? Semoga sukses!

#menuliskatarsis #challengeantologi2 #antologibunda1011

Surabaya, 18 - 11- 2021


-HY-

Selasa, 12 Oktober 2021

12 Oktober 2021, Teruntuk Sahabatku

    Mencoba membuat tulisan sebagai bentuk syukur karena Allah sudah mengirimkan 2 teman baru yang baik seperti kalian di kantor. Saat itu Februari, orang pertama yg dikirim, 1 departemen. Dia adalah teman satu angkatanku saat kuliah D4. Namun, padatnya jadwal kuliah dan beda jurusan membuat kami tidak cukup akrab saat itu. Kali ini, tulisan ini tentangnya.

      Satu angkatan waktu kuliah, satu organisasi di UKKI (kalau gak salah ingat) dan BEM. Satu tim juga di kepemanduan PENS, bareng-bareng juga sampai ke LKMM TM yang menurutku ini pelatihan terlama saat kuliah D4 dulu. Tapi aku lupa, kapan tepatnya pertama kali ketemu, kamu ingat gak mungkin bisa bantu? :D Sampai akhirnya wawancara CPNS mempertemukan kami lagi di PENS. Mungkin 9 tahun kemudian sejak Maba 2008. Saat itu, dia lolos, aku gagal tes CPNS tahap akhir.

      Singkat cerita, 2018 dia resmi menjadi bagian dari pengajar di IT Pens, satu departemen denganku. Senang rasanya memiliki rekan kerja yang 1 frekuensi. Terlepas dari persamaan atau perbedaan karakteristik, bertambahnya 1 orang baik di lingkungan kerja membuat suasana kerja jadi lebih baik, tambah semangat :)  

       Banyak hal positif yang bisa aku jadikan pelajaran darinya. Walaupun usianya lebih muda, tapi belajar bisa dari siapa saja kan ya? Bahkan dari anak - anak sekalipun. Setidaknya, inilah 5 hal positif darinya yang sempat kami bahas bersama:

  • Cerdas
  • Bijak
  • Punya banyak plan untuk suatu hal
  • Semangat belajar tinggi
  • Totalitas mengerjakan sesuatu. 
  • dan masih banyak hal baik lain darinya....
         Jujur, dulu saat pertama kali kerja, sambil kuliah juga, aku sendiri tidak ingat momen - momen apa saja yang terjadi di kantor. Karena tidak begitu banyak hal istimewa yang terjadi. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di kampus sebelah tempatku melanjutkan studi. Ke kantor saat itu, mungkin hanya saat jam mengajar. Kemudian disibukkan dengan hal - hal pribadi lainnya. Tapi, saat 2 orang temanku ini datang di tahun 2018, banyaaaaak sekali hal yang terjadi yang aku ingat. Salah satunya yang baru terjadi saat conference IES beberapa hari yang lalu. Mungkin bagi sebagian orang, IES kemarin hanyalah sekedar conference. Tapi bagiku, ini pengalaman pertama mengikutinya sebagai presenter. Kami berdua harus menggantikan presenter utama yang berhalangan hadir. Dia diberitau 1 hari sebelumnya, aku baru mendapatkan info di pagi hari jam 7:30 saat akan berangkat ke kampus 😭. AlhamduLillah semua bisa terlewati dengan baik. Momen ke luar kota juga menjadi memori indah yang masih tersimpan rapi. Saat ke Telaga Sarangan, Solo, dan workshop rubrik di Finna Golf Resort. Semoga pandemi ini cepat berlalu, bumi kembali sehat, kami juga bisa travelling lagi meskipun itu urusan pekerjaan 😀. Eh tapi di luar kerjaan juga udah di Acc suami, yok kita kemana, hahaha. 

Terakhir, Barakallah ya kawan. Semoga Allah selalu menjagamu, mengabulkan semua keinginanmu. Memberikan kebahagiaan dan kesehatan selalu. Cita - cita dan harapanmu untuk bisa membuat banyak orang bahagia bisa terus terwujud. Aamin.

Terima kasih sudah hadir kembali, menjadi bagian di circle kecilku, I am very grateful for this.


   Sincerely
-HY-