Sabtu, 27 November 2021

Belajar lebih berani !!!

             Kali ini aku ingin cerita tentang pengalamanku berkaitan dengan hewan. Aku dari kecil tidak suka hewan. Bahkan bisa dibilang penakut dalam urusan dengan hewan. Ini sejalan dengan kecerdasan naturalisku yang berada di posisi paling bawah dari 8 kecerdasan yang ada. Kalau ada pertanyaan hewan apa yang paling anda takuti? Mungkin aku kesulitan untuk menjawab, saking banyaknya. Tapi jika pertanyaannya dibalik, hewan apa yang tidak anda takuti? Dengan lantang aku akan menjawab NYAMUK!! Ya, rasanya cuma itu hewan yang berani aku handle. 

Kalau dilihat dari latar belakang keluarga, mama dan papa sangat menyukai hewan. Pernah saat kami tinggal di Kota Metro Lampung, rumah kami penuh dengan hewan peliharaan. Papa punya banyak burung dan ikan di dalam rumah. Mama punya banyak ayam di belakang rumah dan juga kambing yang dititipkan dengan orang yang membantu mengurus. Adikku Hesti punya Hamster yang saat pindah ke Palembang, mereka beranak pinak banyaaak sekali. Aku, sedikit pun tidak tertarik dengan hewan – hewan itu. Bahkan untuk  memberi makan pun aku enggan. Dua adikku ini dulu sering sekali menggoda, sekedar membawakan anak ayam dan  anak kucing. Mereka senang melihat reaksiku yang akan berputar – putar keliling rumah dan berlarian ke luar karena ketakutan.

Sekarang, menjadi seorang istri dan ibu dari 2 orang anak membuatku lebih terlatih agar mau berdamai dengan hewan. Pernah suatu ketika aku membeli racun serangga Hogasan. Aku coba semprotkan ke lubang pembuangan air di dekat dapur rumah. Ternyata kecoa yang banyak keluar dari sana. Suami sedang di kantor, aku di rumah hanya dengan balita. Apa jadinya kalau aku ikut ketakutan teriak – teriak bersama mereka. Kuambil sapu dan juga semprotan baygon. Tiap ada yang datang mendekat, langsung kusemprotkan, kemudian kusapu sampai ke luar rumah. AlhamduLillah happy ending. Kecoa-kecoa itu sudah bisa teratasi, aku dan anak-anak bisa tidur dengan nyenyak.

Di rumah kami juga ada hewan peliharaan, kura-kura dan ikan cupang. Kalau kura-kura memang aku yang ingin membelikan anak-anak untuk mengajarkan tanggung jawab kepada mereka. Nah ikan cupang ini tidak sengaja ada di rumah kami. Adik yang sedang duduk di bangku TK A bermain menangkap ikan di sekolahnya. Sebagai hadiah, dia boleh membawa 2 ikan untuk dibawa pulang. Ternyata ikan tersebut 1 pasang, sehingga bertelurlah ikan itu, dan ada 6 anak ikan yang berhasil menetas. Tentang hewan peliharaan ini lebih enak dibahas di satu tulisan sendiri. Intinya, I’m proud of myself, aku sudah berani menaklukkan bab Hewan ini dalam hidupku. Bahkan sekarang aku bisa merawat hewan peliharaan di rumah. Terima kasih putri-putri kecilku yang sudah mengajarkan keberanian lagi kepada umimu yang lemah ini, Alhamdulillah :)

#bundaproduktif 
#challengeantologi2 
#antologibunda1011 
#komunitasbunda101

Surabaya, 27 - 11 - 2021


-HY-


Kamis, 18 November 2021

Menulis Katarsis

     Hai Surabaya, cuaca pagi ini cukup cerah. Setelah beberapa hari kemarin suasana mendung terus, diseertai hujan yang awet. Semoga hari ini menyenangkan, kalaupun tidak, insya Allah aku siap menghadapinya. Beberapa hari yang lalu, aku mengenal istilah katarsis dari salah satu kuliah Whatsapp grup ibu-ibu yang aku ikuti. Mengutip dari tulisan di https://ruangmenulis.id/menulis-untuk-katarsis/:

"Katarsis bermakna pelepasan emosi yang menekan. Ketika seseorang berada dalam situasi emosi yang menekan, tentu merasakan ketidaknyamanan. Emosi ini memerlukan sarana pelepasan, agar dirinya bebas dari ketidaknyamanan tersebut."

Melepaskan emosi yang ada dalam diri kita bisa dengan cara yang bermacam-macam. Ada yang negatif, ada juga yang positif. Beruntunglah jika kita masih dilindungi Allah dengan akal pikiran yang baik sehingga tidak memilih jalan yang negatif untuk melepaskan emosi. Menulis katarsis ini tidak untuk dipublikasikan. Jika punya blog pribadi, bisa disimpan di dalam draft. Jika punya diary, bisa juga bercerita lewat tulisan dengan Dear diary :)

Sudah 7 hari berturut-turut aku mengikuti challenge menulis katarsis ini bersama kurang lebih 55 orang yang tergabung dalam 1 grup Whatsapp. Dalam waktu 10 menit, kami harus melaporkan berapa kata yang sudah ditulis. Ini bukan lomba banyak - banyak kata, hanya untuk membiasakan menulis katarsis, sekaligus pemanasan kalau sudah lama tidak menulis. Tertinggi aku pernah sampai 370an kata. Terendah pernah hanya dapat 119 kata karena hampir lupa menulis hari itu, sehingga masih ada sisa waktu namun tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Secara keseluruhan, menulis katarsis ini ternyata seru dan menyenangkan. Aku bisa lebih mengenal diri sendiri, lebih tau apa yang sedang dirasakan sehingga efeknya emosi menjadi lebih stabil. Tertarik mencoba? Semoga sukses!

#menuliskatarsis #challengeantologi2 #antologibunda1011

Surabaya, 18 - 11- 2021


-HY-