Rabu, 13 Mei 2020

Belajar dari Proses Memasak

Bismillah

        Melanjutkan aktivitas di rumah saja sambil berpuasa di Bulan Ramadan. Beberapa hari yang lalu, parutan kentang yang aku beli online sudah datang. Aku langsung berniat untuk mencobanya. Sudah lama aku ingin membuat kering kentang yang menjadi menu favoritku saat masih menjadi anak kos. Mama selalu membekaliku dengan kering tempe dan kering kentang jika tiba saatnya kembali ke perantauan. Dua makanan ini sangat cocok untuk dibawa ke tempat indekos karena tahan lama dan selalu sukses menambah nafsu makanku karena kelezatannya. Saat itu mama tinggal di Lampung, aku sekolah di Jakarta. Sebenarnya menu ini sederhana dilihat, tetapi ada proses panjang dibalik kenikmatannya. Pukul 11 siang, aku mulai proses pertama, yaitu mengupas kentang. Butuh ketelitian agar kentang ini dapat dikupas bersih karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Tentu saja ini kukerjakan sendiri, suami sudah sangat membantu dengan menjaga dan mengajak anak - anak bermain. Lama juga waktu yang dibutuhkan untuk mengupas kentang 1 kilogram ini. Sekitar jam 11:30 baru selesai, saat adzan zuhur berkumandang. Kurendam dengan air kentang - kentang yang sudah dikupas ini agar tidak berubah warna.

       Kemudian aku naik ke lantai 2 untuk bersiap salat zuhur berjamaah. Setelah itu, kuminta anak - anak untuk tidur siang. Lalu aku kembali turun ke dapur melanjutkan pekerjaan yang belum separuh berjalan. Satu per satu aku memarut kentang agar menjadi potongan - potongan kecil, tipis, dan memanjang. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati - hati agar jari tangan tidak terluka terkena parutan yang tajam. Sebenarnya ada alat sendiri untuk memegang kentangnya, tetapi aku lebih nyaman memakai tangan langsung, lebih bisa bergerak bebas. Hasil parutan juga jangan lupa ditaruh dalam wadah berisi air hingga semua bagiannya tertutup. Akhirnya, tujuh potong kentang berhasil aku parut semuanya. Tahapan selanjutnya adalah mencuci, sehingga tidak ada lagi getah - getah yang tersisa. Ganti air dalam wadah sebanyak kurang lebih lima kali sampai air terlihat bening. Jika sudah bersih, berikan garam sedikit pada rendaman air dan kentang.

       Kentang pun siap digoreng. Siapkan banyak minyak di atas wajan. Masukkan kentang sedikit demi sedikit. Untuk ukuran kentang setengah kilogram dan wajan yang tidak terlalu besar, aku memerlukan kurang lebih 7 kali proses menggoreng. Ini butuh kesabaran ekstra, kentang tidak boleh ditinggalkan terlalu lama agar tidak gosong harus sesekali diaduk. Jika sudah terlihat kuning kecoklatan, artinya kentang siap untuk diangkat. Tiriskan kentang di atas kertas putih agar minyak yang menempel dapat berkurang. Lakukan ini sampai semua kentang habis digoreng. Setelah itu waktunya menyiapkan bumbu yang sangat sederhana. Goreng 5 siung bawang merah yang sudah diiris tipis dan 3 bawang putih yang sudah dicincang. Lalu beri sedikit gula, garam, dan kaldu bubuk. Tambahkan ebi yang sudah dihaluskan untuk menambah rasa dan aroma. Matikan api, kemudian campurkan kentang goreng ke dalam bumbu, Tes rasanya apakah kurang garam atau yang lain. Jika sudah pas, kering kentang kesukaanku siap dimakan dengan nasi hangat.

        Kondisinya sudah berbeda, beberapa tahun yang lalu aku membuat kering kentang ini bersama adik, belum punya dua orang anak. Banyak sekali agenda di tengah - tengah proses memasak ini. Menemani anak ke kamar untuk tidur. Lalu menyuapi mereka berdua makan siang, menyiapkan menu buka puasa untuk suami, hingga membantu anak - anak mandi sore. Sepertinya hari itu sangat panjang. Walaupun begitu, aku senang. Semua proses memasak kering kentang yang panjang ini pun selesai. Suami dan anak - anak memuji masakanku. Memang rasanya yang benar - benar enak menambah selera makan kami sekeluarga. Aku yakin, sabar dan syukur selalu berbuah manis.

#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-13

Surabaya, 13 Mei 2020
-HY-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar