Jumat, 08 Mei 2020

Memetik Hikmah di Sakinah

         Bulan Ramadan sudah separuh berjalan. Dengan izin Allah, Ramadan akan bersama kita selama 29 atau 30 hari. Bagaimana kondisi ruhiyah kita saat ini? Semoga saat Ramadan meninggalkan kita, derajat takwa berhasil kita dapatkan, amin. Beberapa waktu yang lalu, aku pergi ke sebuah mini market, Sakinah namanya, yang baru saja membuka cabang dekat rumah. Sakinah adalah sebuah pasar swalayan yang sangat legendaris di sekitar kampus ITS, PENS, dan PPNS yang berada di Keputih, Surabaya. Di cabang pertamanya ini, kita dapat menemukan barang apa saja yang dibutuhkan seorang mahasiswa dan anak kos. Mulai dari bahan makanan kebutuhan sehari - hari seperti beras, telur, mi instan, hingga alat tulis, pakaian, dan perlengkapan komputer. Di cabang dekat rumah, tepatnya di daerah Wonorejo, Rungkut, tokonya memang tidak sebesar cabang utama. Namun, untuk keperluan bahan makanan, peralatan mandi, dan alat tulis, di sini tersedia cukup lengkap dengan harga yang sangat terjangkau. Kadang jauh lebih murah jika dibandingkan mini market yang tersebar di seluruh Indonesia, you know what i mean.

      Saat itu, aku pergi ke Sakinah untuk membeli keperluan rumah yang sudah habis dan juga sembako untuk kegiatan megengan di musala depan rumah. Biasanya, megengan dilakukan untuk menyambut Ramadan. Kegiatannya adalah berupa mendoakan keluarga yang telah meninggal. Perangkat kampung akan membagikan kertas kepada warga RT-nya untuk diisi nama - nama anggota keluarga yang ingin didoakan. Kemudian ada acara makan bersama saat acara sudah selesai. Lalu saat pulang, ada bingkisan atau nasi kotak yang bisa dibawa ke rumah, hasil dari warga yang juga mengumpulkannya ke musala. Berhubung situasi pandemi belum usai, kami memutuskan untuk membawa sembako saja, bukan nasi kotak, agar dapat dibagikan kepada warga yang membutuhkan dan juga kepada panti asuhan. 

        Aku membawa uang sekitar 70.000 rupiah dengan pecahan 10.000, 5.000, dan 2.000. Pikirku, ini sudah sangat cukup untuk membeli minyak, gula dan mi instan. Sampai di Sakinah, aku langsung mengambil minyak, mi instan, keju (titipan anak - anak di rumah). Lalu ada tissue kemasan besar dengan harga promo. Aku teringat tadi mbak iparku titip dibelikan tissue jika harganya murah.  Langsung kukirimkan pesan whatsapp berupa foto tissue dan harganya untuk konfirmasi jadi beli atau tidak. Sambil menunggu balasan, aku keliling untuk melihat - lihat sekitar. Tiba - tiba ada karyawan Sakinah datang menghampiri lalu bertanya, "Mbak, ini uangnya jatuh?" sambil menyodorkan selembar 20.000. "Loh, iya ta mas?" jawabku sambil mengecek tas. Kemudian aku ingat bahwa tadi uang yang dibawa dari rumah tidak ada pecahan 20.000. "Maaf mas, sepertinya bukan" jawabku sambil mengembalikan uang yang sudah berada di tangan. "Oh, iya mbak. Nanti saya taruh saja di  kotak amal depan." Aku bisa saja mengambil uang 20.000 tadi untuk dibelikan sembako tambahan, tetapi uang itu bukan hakku. Apa boleh melakukan kebaikan tetapi dari cara yang tidak Allah perkenankan? Aku rasa jawabannya tidak.

          Di lain hari, aku kembali ke Sakinah, lagi - lagi untuk membeli stok makanan di rumah yang sudah mulai habis. Kubawa uang 50.000 rupiah untuk membeli kopi, santan (untuk membuat kolak dan sayur lodeh), nutrijel dan lain-lain. Kuambil tiga nutrijel kecil dengan rasa yang berbeda- beda agar anak - anak senang. Kemudian aku berjalan ke kasir untuk membayar semua barang belanjaanku yang sudah memenuhi keranjang. Kulihat ada kakek-kakek di sebelahku yang antri juga ingin membayar. Kasir berkata kepadaku, "Totalnya 51.300 bu." Aduh, uangku kurang pikirku dalam hati. "Nutrijelnya boleh saya kembalikan satu mas? Saya cuma bawa 50.000." "Boleh bu," ujarnya. Lalu kakek yang berdiri di sebelahku berbicara, "Kurang berapa uangnya mbak? Tidak apa - apa pakai uang saya daripada nanti empunan kalau kata orang Kalimantan." Aku terkejut melihat kakek yang menawarkan bantuannya. "Gak usah Pak, ini saya sudah beli banyak, tidak apa dikembalikan satu."  Sampai sekarang aku masih terkesan dengan kebaikan kakek ini, yang mau membantuku walaupun kami tidak saling kenal. Masih ada orang baik, semoga Allah selalu melindungimu ya kek. 


#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-8

Surabaya, 8 Mei 2020
-HY-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar