Sabtu, 16 Mei 2020

Renovasi Rumah

Bismillah

      Kurang seperempat lagi perjalanan menuju tantangan 20 hari menulis tanpa henti. Aku sangat berterima kasih kepada panitia penyelenggara atas kegiatan ini. Sudah sangat lama aku tidak menulis, hanya menyimpan semuanya di dalam kepala, sendiri. Sering memoriku yang terbatas ini melupakan semuanya, dengan menulis, aku bisa menyimpan semua catatan yang ada di dalam pikiran ke dalam suatu media. Jika ingin, aku bisa membukanya lagi kapan saja.

      Dua tahun lalu, setelah lebaran, aku dan suami memutuskan untuk renovasi rumah. Kami ingin membuat kamar di lantai 2 agar lantai 1 bisa lebih lapang. Kami mengontrak sebuah rumah untuk tempat kami tinggal sementara. Selama perjalanan para tukang mengerjakan bangunan, tak jarang aku meminta maaf kepada tetangga sebelah rumah. Aku meminta maaf atas suara bising yang mereka dengar, debu - debu dari material bangunan yang sampai ke rumah mereka, dan atas ketidaknyamanan lainnya. Mungkin kompensasi yang aku berikan dengan memberi buah tangan tidak seberapa. Tetapi sungguh, dari hati yang paling dalam, aku tidak berniat mengganggu mereka. Aku sangat berharap pengerjaan renovasi rumah bisa cepat selesai. Agar kami tidak lagi tinggal di kontrakan, agar tetangga juga bisa hidup nyaman kembali.

      Tetangga adalah saudara di perantauan. Mereka adalah kerabat paling dekat yang mengetahui kegiatan kita sehari - hari. Tetangga depan rumah bisa jadi hafal kapan aku berangkat dan pulang dari kantor. Apa kebiasaan kami jika weekend sudah tiba. Sudah sepantasnya kita berbuat baik kepada mereka. Bahkan, dalam Quran surat An Nisa ayat 36 Allah berfirman yang artinya, “Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” 

      Sekarang, rumahku dikepung tiga rumah lainnya yang sedang renovasi. Tetangga persis di sebelah kanan, persis di depan rumah, dan di belakang musala. Tak jarang kami sekeluarga mendengar suara dug dug dug dari palu pak tukang yang sedang bekerja. Terdengar juga suara alat potong keramik lantai yang sangat keras. Ketika hujan turun, jalanan depan rumah menjadi kotor, becek luar biasa akibat pasir - pasir yang terbawa air hujan. Mobil truk juga sering lalu lalang di depan rumah untuk mengantar bahan bangunan. Bahkan, pernah suatu hari, aku ditelpon mandor yang mengerjakan rumah sebelah. Ia meminta  maaf karena tukangnya telah menjebol tembok rumahku. Aku yang saat itu sedang berada di kantor kaget bukan main. Rumahku sedang kosong. Suami masih bekerja, anakku masih berada di sekolahnya. Tetapi aku berusaha agar tetap tenang, aku mengonfirmasi agar mereka bertanggung jawab memperbaiki tembok rumahku yang tidak bersalah. Alhamdulillah, masalah ini selesai. Mereka berjanji akan memperbaikinya setelah pengerjaan rumah sebelah sudah selesai. Sang pemilik rumah yang juga teman dekatku meminta maaf berulang kali. Dia takut jika suamiku marah. Aku sampaikan kepadanya bahwa tidak apa - apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

        Toleransi dan tenggang rasa dalam kehidupan berumah tangga sangat diperlukan. Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak bisa hidup sendiri. Maka, mari kita pelihara hubungan baik dengan para tetangga. Sekedar menyapa saat bertemu atau memberikan makanan jika kita pulang dari luar kota akan membuat mereka senang. Tentu ini pekerjaan yang tidak mudah bagiku yang sulit untuk basa - basi. Bagi seorang introvert yang sulit bersosialisasi, ini amat sangat berat. Tetapi aku berjanji kepada diriku sendiri untuk menjadi tetangga yang baik. Setidaknya, semoga keberadaanku tidak mengganggu mereka. 

#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-16

Surabaya, 16 Mei 2020
-HY-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar